Rabu, 15 September 2010

Indera ke-6

Apakah sebenarnya yang disebut INDRA KE-6? Beradasarkan pelajaran biologi yang kita terima di sekolah manusia hanya memiliki 5 indra, yaitu: indra pelihat (mata), indra pendengar (telinga), indra penciuman (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra perasa (kulit). Kelima indra ini adalah alat yang kita pakai untuk memastikan bahwa sesuatu itu benar-benar ada dan kita dapat memverifikasi dan mengidentifikasinya secara ilmiah. Misalnya, kita mengatakan bahwa gula itu manis, dan kita mengetahuinya melalui indra pengecap, dan hal ini dapat diverifikasi dan diidentifikasi secara ilmiah, dsb.

Akan tetapi ada hal-hal tertentu yang terjadi yang kadang-kandang tidak dapat dianalisa berdasarkan kelima indra manusia atau di luar kemampuan nalar manusia untuk memverifikasinya. Misalnya, kita memiliki perasaan yang kuat bahwa sesuatu akan terjadi di masa yang akan datang baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang agak lama, dan sesuatu benar-benar terjadi. Padahal secara ilmiah kita tidak punya bukti ilmiah untuk memperkokoh perasaan kita. Bagaimana kita mengetahuinya? Kemampuan inilah yang sering disebut “intuisi” atau juga disebut ‘indra ke-enam’. Ada juga orang yang mampu membaca pikiran orang lain, mampu menemukan benda yang orang lain tidak mampu dalam keadaan normal, mampu memindahkan benda tanpa menyentuh tetapi hanya dengan tatapan, menyalakan api dengan tatapan, dll. Ada juga orang yang mampu mendengar “suara-suara” yang tidak dapat didengar oleh indra pendengaran normal. Atau kemampuan melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain dengan mata normal, dll.

Sesungguhnya kemampuan yang sering dikategorikan “supernatural” itu memang ada. Dan kemampuan seperti inilah yang sering disebut kemampuan indra ke-6 (sixth sense) atau intuisi (intuition). Pada zaman modern ini indra ke-6  disebut juga ESP (Extra Sensory Perception). Jadi, istilah indra ke-6, intusi, dan ESP memiliki arti yang sama.
Pertanyaan berikut yang perlu dibahas adalah: Siapa saja yang memiliki indra ke-6?Mungkin anda sudah pernah menonton, melihat atau mempunyai rekan atau saudara yang memiliki kemampuan yang biasanya dikategorikan kemampuan “supernatural” seperti yang sudah disinggung di atas.
Karena anggapan seperti inilah sehingga pada mulanya sebagian orang mengatakan bahwa ESP atau indra keenam hanyalah takhyul atau cerita dongeng. Tetapi sekarang kebenaran adanya indra keenam sudah dibuktikan oleh para ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia.
Seorang ilmuwan bernama Dr. J.B. Rhine mengadakan penelitian ilmiah pertama atas ESP ini pada tahun 1930-an dan 40-an di Duke University. Hasil penelitiannya  cukup menakjubkan dunia akademis pada waktu itu, khususnya karena banyak ilmuwan yang lain sedang berlomba-lomba ingin mengkonfirmasi kebenaran adanya apa yang disebut ESP itu. Buku yang ditulisnya berjudul Extra-Sensory Perception after 60 Years menjadi buku wajib sebagai bacaan pendahuluan mata kuliah psychology di Universitas Harvard. Penelitiannya diulangi lagi di seluruh dunia sebanyak 309 kali yang melibatkan 50,000 orang dan 2 juta sesi, dan membuktikan tanpa keraguan bahwa ESP atau indra ke-6 benar-benar ada.

Pada awal abad ke 20, seorang ilmuwan terkenal bernama Albert Einstein berkata: “Pikiran intuitif adalah karunia yang mulia dan pikiran yang rasional adalah hamba yang setia. Kita telah menciptakan suatu masyarakat yang menghormati hamba dan telah melupakan karunia itu.
Nah, orang-orang yang memiliki kemampuan indra ke-6 sering disebut psychic. Pada umumnya orang menganggap bahwa indra ke-6 hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu seperti paranormal dan sejenisnya. Tetapi sesungguhnya, setelah diadakan penelitian bertahun-tahun seperti disebutkan di atas ditemukan bahwa semua manusia memiliki indra ke-6 atau ESP. Hanya saja tidak banyak orang yang tahu bagaimana mengaktifkannya dan kadar atau kekuatannya berbeda-beda pada masing-masing orang. Karena itu sudah saatnya anda untuk mengatifkan indra ke-6 anda. Dan anda akan dapati manfaat yang sangat besar dalam kehidupan anda. Anda akan memiliki instinct yang kuat, mengetahui apa yang akan terjadi, dapat mengambil keputusan yang tepat untuk suatu masalah, dalam taraf tertentu anda akan mampun mengetahui pikiran orang lain, dll.
Dengan mengikuti panduan mengaktifkan indra ke-6 dan teknologi otak khusus dengan binaural beat diharapkan anda dapat mengaktifkan potensi terpendam yang ada dalam diri anda.
Semoga bermanfaat!

Gardadepan Harus Memiliki Nilai di Mata Publik

Purworejo (GARDA News) – Ketua Umum Gardadepan, S. Raharjo Aby M., S.E di sela-sela kegiatan syawalan mengatakan bahwa penguatan organisasi Gardadepan ke depannya, perlu ditempatkan dalam tiga indikator penting yaitu kepercayaan dari masyarakat ("trusted leader and institution"), berorientasi pada kemajuan ("progressive oriented") dan menjaga keberlanjutan yang bernilai ("sustainability with meaning").
"Mendorong para Pemuda sebagai anggota  untuk menjadikan Gardadepan yang lebih memiliki value (nilai) di mata publik, harus kita lakukan. Keragaman pemikiran individu dalam organisasi harus diapresiasi dan dikembangkan," ujarnya dalam pertemuan penting pengurus Gardadepan, Rabu (15/9) di Kantor Sekretariat Geparang.

Hal serupa juga disampaikan oleh Sugiyanto Lintang P Sekjen Gardadepan, Dia mengatakan sangat perlu membangun kesadaran bahwa setiap individu merupakan anggota  yang memiliki kewajiban mensyiarkan misi 
organisasi.

Tujuannya, kata Gianto, untuk mengingatkan publik bahwa 
Gardadepan  mempunyai jiwa dan semangat untuk berperan di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, eksistensi peran Pemuda  perlu ditingkatkan dan harus mampu menawarkan solusi bagi problem yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, Giyanto berharap Gardadepan dapat berperan menjadi "problem solver" sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat dengan cara melepaskan diri dari kepentingan-kepentingan pihak tertentu terhadap organisasi serta meneguhkan kembali orientasi organisasi untuk perjuangan dan kepentingan masyarakat.

Jumat, 03 September 2010

Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan  terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga  kesulitan pada masa tersebut dapat  menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya  dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain,  remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja  mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.
Apa Sih Kecerdasan Emosional
Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.
Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
Mengenali emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
Memotivasi diri
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
Membina hubungan dengan orang lain
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial.  Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang  menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.
Dengan memahami komponen-komponen emosional tersebut diatas, diharapkan para remaja dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif. Dengan demikian energi yang dimiliki akan tersalurkan secara baik sehingga mengurangi hal-hal negatif yang dapat merugikan masa depan remaja dan bangsa ini. Semoga

Sabtu, 28 Agustus 2010

Memahami Makna Tradisi Malam Selikuran Dalam Bulan Ramadhan

Tradisi malam selikuran adalah tradisi budaya sekaligus religius yang penuh makna. Tentunya hal ini sangat istimewa, karena anda dapat menyaksikan bagaimana antara budaya dan religi saling bersatu dan menguatkan. Bagi anda penyuka kajian agama dan budaya, tentu tidak akan mau ketinggalan peristiwa ini .
Dalam menyemarakkan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, masyarakat berlomba-lomba mendapatkan malam kemuliaan (malam Lailatul Qadar), yang dalam al Qur'an disebutkan sebagai malam seribu bulan. Diantara cara untuk mengharap berkah dari turunnya Lailatul Qadar tersebut, masyarakat Jawa biasanya mengadakan sebuah kegiatan dengan mekukan malam "Likuran" (tradisi Selikuran). Merupakan salah satu tradisi luhur yang diwariskan dan tetap lestari hingga kini, seperti di Keraton Surakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan masyarakat pedesaan Jawa lainnya. 
Tradisi Selikuran berasal dari bahasa Jawa yakni Selikur (sebutan bilangan 21), yang maknanya kurang lebih "Sing Linuwih le Tafakur", sedang Tafakur artinya orang yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan begitu dalam melakukan ibadah puasa Ramadan kita benar-benar khusuk dan berkualitas, baik dengan memperbanyak sedekah, I'ktikaf di masjid, tadarus Alquran, dan lain-lain. Semua amalan itu merupakan upaya dalam memeroleh kemuliaan yang ada dalam Lailatul Qodar, sebab malam kemuliaan tidak dapat diperoleh kecuali dengan kesiapan rohani yang bersih juga suci.
Tradisi ini sesungguhnya sudah lama muncul seiring dengan masuknya Islam ke Pulau Jawa, yang dilakukan para Wali Songo dalam dakwahnya dengan menggunakan pendekatan budaya, yaitu menggunakan budaya Jawa untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Dalam Bauwarna Adat Tata Cara Jawa karya Bratasiswara menyebutkan, Selikuran merupakan upacara adat peringatan Nuzulul Quran dalam maleman Sriwedari Surakarta yang digelar setiap tanggal 21 Ramadan. Ritual ini diilhami dari Serat Ambya yang menyebutkan tiap tanggal gasal (ganjil) dimulai sejak 21 Ramadan Nabi Muhammad SAW turun dari Gunung Nur, yaitu setelah menerima ayat-ayat suci Alquran (wahyu). 
Selikuran dalam perspektif Islam adalah berawal dari Rasulullah Saw yang beri’tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadan, Nabi Saw bersabda, "carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan” (Bukhari dan Muslim). Dan Imam Syafi’i berkata, “Menurut pemahamanku, Nabi Saw menjawab sesuai yang ditanyakan, yaitu ketika ada yang bertanya pada Nabi Saw : “apakah kami mencarinya di malam ini?, beliau menjawab: “carilah di malam tersebut” (Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah). Dari sinilah dapat dipastikan bahwa tradisi Selikuran memang terdapat perpaduan (sinkretisme) nilai-nilai Islam melalui budaya Jawa, sehingga akhirnya tradisi ini dilestarikan oleh kerajaan Islam pada masa itu, dan tetap bertahan hingga hari ini.
Seiring perjalanannya, banyak warna dan bentuk pelaksanaan malam selikuran ini, misalnya upacara malam Selikuran yang dilaksanakan masyarakat pedesaan yang akrab dengan adat Jawa, yaitu masyarakat desa melaksanakan ritual kenduri di rumah setiap keluarga. Kenduri dengan hidangan nasi dan lauk-pauk yang disebut Rasulan, diadakan pada setiap malam tanggal ganjil, yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, dan berakhir tanggal 29 Ramadan). Ada juga pada acara selikuran dengan menyalakan lampu lampion (ting) dengan warna-warni disetiap rumah dan jalan-jalan. Disamping itu, tradisi jaburan juga mewarnai di dalamnya, yaitu upaya menyediakan konsumsi bagi acara likuran dengan cara gotong royong sistem giliran, dengan kuantitas dan kualitas jaburan seikhlasnya. Ada juga acara khataman, yaitu sebuah acara do'a bersama sebagai tanda selesainya membaca Alquran. Dan masih banyak lagi acara-acara yang dilakukan pada malam selikuran ini. Tentunya semua kegiatan tersebut sebagai upaya memperbanyak peribadatan kepada Allah dan penyucian diri.
Fase setelah masuk pada tahap sepuluh hari terakhir Ramadan (disebut malam kemuliaan), dalam tradisi Islam dipercaya bahwa siapa saja yang dapat meraih malam tersebut, akan mendapatkan kemuliaan yang sangat luar biasa dalam kehidupannya kedepan, sebagai pengalaman spiritual untuk bekal hidup di dunia dan akhirat, penuh dengan keselamatan dan kebahagiaan, juga dibebaskannya dari api neraka. Sehingga wajar ketika pada malam selikuran umat Islam tidak terkecuali masyarakat Islam Jawa mengadakan berbagai tradisi untuk menyambut datangnya malam kemuliaan, dengan penuh keseriusan dan keikhlasan. Zaman kerajaan-kerajaan Islam di Jawa memang membawa pengaruh besar terhadap segala aspek kehidupan masyarakat, terutama dengan dimulainya proses peralihan kepercayaan dari Hindu-Buddha ke Islam. Akhirnya hingga kini, konsep sinkretisme Islam Jawa masih terpancar kuat di dalam setiap ritual budaya masyarakat Jawa, termasuk tradisi selikuran sebagai kegiatan untuk menggapai malam kemuliaan yang penuh barokah dan kebaikan, yang dinilainya sama dengan ibadah seribu bulan. Bagaimanapun Rasulullah SAW menganjurkan kita melaksanakan persiapan meraih Lailatul Qadar tersebut melalui sabdanya, "Barangsiapa berpuasa karena keimanan kepada Allah, dan melakukan perhitungan kepada diri sendiri (muhasabah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". Muhasabah adalah sikap mau mengoreksi serta menghitung amal perbuatan diri sendiri. Adapun fadilah (keutamaan) dari Lailatul Qadar antara lain Nabi Saw bersabda, "Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam Lailatul Qadar dengan dasar iman dan mengharap rida Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu". (Al-Bukhari). Dan Nabi Saw. Bersabda pula, "Apabila datang Lailatul Qadar, Malaikat Jibril bersama Malaikat lainnya turun ke bumi mendoakan kepada setiap hamba yang berzikir dan berdoa kepada Allah Swt, Allah menyatakan kepada para Malaikat bahwa Allah akan memenuhi segala doanya. Itulah mengapa malam kemuliaan tersebut sangat dinanti-nantikan dan begitu didambakan oleh semua orang Islam.
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa malam kemuliaan hanya dapat diraih oleh manusia-manusia yang benar-benar bersih jiwanya, Sehingga orang Islam disepuluh hari terakhir Ramadan ini terus berupaya dan berusaha lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah Swt, yakni dengan melakukan amalan-amalan sholeh, terutama pada malam selikuran Ramadan yang dipercaya sebagai waktu turunnya cahaya malam kemuliaan (Lailat al-Qadar). (GD-Aby)

Minggu, 22 Agustus 2010

Gardadepan Bertekat Minimalkan Kenakalan Remaja

Si Jail membuat orangtuanya kalang kabut. Sudah semalaman dia tidak pulang ke rumah. Terlebih lagi, tidak ada kabar keberadaannya. Ponsel yang semestinya bisa dihubungi juga ditinggal di rumah.

Kedua orangtua Jail benar-benar tidak habis pikir mengapa anak lelaki mereka itu kabur. Mereka merasa hubungan dengan si anak sejauh ini baik-baik saja. Pikiran kalut terus menggelayut hebat. Yang paling menakutkan, "Jangan-jangan anak saya menjadi korban cuci otak untuk jadi pengantin bom bunuh diri yang sekarang lagi marak".

Demi memupus khawatir, mereka berkeliling ke beberapa tempat untuk mencari tahu. Dari rumah teman dekat, saudara dan tempat Jail biasa habiskan waktu main PS. Tetapi semua nihil.

Fenomena di atas barangkali sudah ghalib di beberapa tempat, terlebih wilayah perkotaan. Akan tetapi menjadi sangat menghawatirkan ketika terjadi di pedesaan yang kurang terbiasa menemukan kenakalan remaja.
Bermain atau bahkan pergi dari rumah tanpa ijin, hanyalah contoh kecil ‘kenakalan remaja’ masa kini. Ibarat tindak kriminal, polisi paling banter menyebutnya tipiring alias tindak pidana ringan. Sementara pesta miras, narkoba, seks bebas dan menjadi pelaku kriminal bisa disebut kenakalan remaja ‘stadium lanjut’.

Pengangguran
Ketua Umum Forum Komunikasi Generasi Muda Geparang (GARDADEPAN) , Kecamatan Purwodadi, Purworejo, S. Raharj Aby M., SE mengakui adanya gaya hidup remaja masa kini yang kian tak jelas itu. “Sebenarnya semua pihak sepakat, bahwa salah satu sebab utama kenakalan remaja adalah pengangguran,” ujarnya berpendapat dalam sambutannya dalam acara malam  tasyakuran HUT RI ke-65 di Balaidesa Geparang tanggal 16 Agustus silam.
Solusinya, menurut Aby, tidak mesti harus pekerjaan komersil. “Untuk mengalihkan pikiran negatif saat nganggur, bisa kita tawarkan kegiatan positif, olahraga atau pelatihan soft skill,” tandas Aby.

Organisasi Pemuda
Sementara itu, keberadaan organisasi pemuda menurut Aby Mafaza terbukti bisa meminimalisir kenakalan remaja. “Keberadaan organisasi pemuda dengan berbagai program berkesinambungan terbukti ampuh. Tetapi harus terprogram,” katanya mengingatkan. Kegiatan organisasi pemuda yang secara rutin dan terorganisir selain menarik,  mengena, juga harus terprogram jelas. Seperti pepatah Arab kuno, “Hal baik yang tanpa program disiplin, jelas akan tersingkirkan oleh hal buruk yang terprogram,” lanjutnya berfilosofis.

Hal serupa juga diungkapkan tokoh masyarakat, Harjito, S.Pd. Kenakalan remaja dan tingkat emosional masa muda harus diimbangi dengan penyelesain yang cerdas dan terstruktur.

Potensi Lokal
Terkait program dan kegiatan organisasi, Harjito menekankan perlunya eksplorasi potensi lokal pemuda. “Saya yakin, setiap masyarakat dan pemuda di desa memiliki potensi terpendam yang bisa dikembangkan,” katanya memastikan. Dengan demikian, lanjutnya, setiap program kerja terlebih yang mengacu pada ketrampilan, benar-benar berangkat dari bawah, membumi dan mengena.
“Kalau program itu turunan dari pemerintah pusat atau daerah, ada kecenderungan tidak maksimal. Sangat berbeda kalau program merupakan usulan dari masyarakat (organisasi pemuda) yang diselaraskan dengan potensi yang ada,” ujar Harjito. Sayangnya, keberadaan Karang Taruna (dan organisasi pemuda lainnya) sejauh ini masih kurang diperhatikan dan monoton. Karang Tarua yang mendapat sokongan dari ADD (Alokasi Dana Desa) saja mandul, bagaimana yang swadaya. Sementara kenakalan remaja semakin menggurita.




Oleh karena itu untuk mensikapi fenomena tersebut FK GARDADEPAN berkomitmen akan bekerja semaksimal mungkin untuk menciptakan pemuda desa yang bermoral dan berestetika dan menjadi garda bangsa. FK GARDADEPAN menjadikan tokoh pewayangan “BAMBANG WISANGGENI” sebagai tauladan kawula muda masa kini. Lahirnya GARDADEPAN tidak jauh berbeda dengan kisah lahirnya Wisanggeni tersebut. Gardadepan lahir pada saat para masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan keberadaan organisasi pemuda yang dirasakan mandul. Namun dengan semangatnya yang gigih akhirnya GARDADEPAN bias membuktikan bahwa kehadirannya sangat berguna bagi khalayak ramai. Cemoohan dan pandangan sinis dari para masyarakat yang hanya memandang sebelah mata kegiatan GARDADEPAN, dijadikannya sebagai kawah condrodimuka yang menggemblengnya menjadi organisasi yang tangguh dan sangat disegani oleh masyarakat, Jelas Aby Mafaza di sela-sela perbincangannya pada malam tasyakuran tersebut.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Makna Loggo GARDADEPAN

Loggo GARDADEPAN terdiri dari bunga teratai yang berada dalam sebuah lingkaran dan backgraund yang berwarna hijau tua. Di atas bunga teratai terdapat sembilan bintang berderet membentuk setengah lingkaran menyerupai payung. Backgraund berwarna hijau melambangkan kemakmuran yang merupakan tujuan utama orgnaisasi yang menginginkan sebuah kemakmuran semua anggotanya dan kemakmuran semua warga sekitarnya. Bintang adalah penerang dalam kegelapan yang memancarkan aura kedamaian dan keindahan, sementara angka sembilan meruakan angka tertinggi dalam perhitungan matematika, kata tertinggi adalah opsesi yang ingin dicapai organisasi. Bunga teratai adalah simbul ketidakterikatan karena organisasi ini adalah organisasi independen. Mengapa ketidakterikatan dilambangkan dengan bunga teratai? Marilah sejenak kita telusuri nilai filosofinya Bunga teratai Bunga teratai tumbuh pada kolam di daerah subur seperti Mesir Kuno, di Asia termasuk juga di Indonesia. Itulah sebabnya simbol ketidakterikatan bunga teratai hanya dikenal pada peradaban yang berkembang pada daerah subur dengan air yang berlimpah. Legenda dari Mesir Kuno menyebutkan bahwa Ra, Dewa Matahari lahir dari kelopak bunga teratai yang tumbuh dari air kekacuan. Dalam Budhis bunga teratai juga bermakna kemurnian pikiran, kemurnian ucapan dan kemurnian tindakan yang tumbuh dari dari air lumpur keinginan dan keterikatan. Tanaman teratai banyak dimanfaatkan untuk menghias kolam. Bunganya yang indah dengan dengan kelopak yang lebar membentuk lingkaran memancarkan aura kedamaian dan keindahan. Meskipun hidup di air, daun dan kelopak bunga teratai tidak pernah basah dan selalu dalam keadaan bersih. Daun teratai mempunyai kemampuan untuk membersihkan diri dari air dan kotoran yang menempel. Bagaikan daun bunga teratai yang berada di atas air dan tidak dibasahi oleh air, begitu pula GARDADEPAN ingin bekerja tanpa keterikatan dan menganggapnya sebagai persembahan, hidup tanpa noda dan tidak tercemari oleh dunia ini. GARDADEPAN yang bijak melepaskan segala macam keterikatan dan bekerja dengan sepenuh hati, pikiran, dan intelek tidak mengharapkan sesuatu dari pekerjaannya (sepi ing pamrih) demi kemaslahatan masyarakat sekitar. Teratai juga merupakan simbol perbuatan mulia di lingkungan yang penuh kekotoran. Sebagaimana kita ketahui bahwa teratai ditemukan dalam kolam berlumpur. Mereka tidak hidup dalam kolam yang airnya bersih. Walaupun demikian, dasarnya yang berlumpur tidak mempengaruhinya. Mereka tidak menjadi kotor. Mereka tumbuh keluar dari lumpur. Mereka mencari pencerahan sinar matahari. Maka seharusnya demikianlah kita. Kita tumbuh dan berkembang dalam lumpur dunia delusi dan kebodohan. Kita tidak dapat melakukan sesuatu tentang hal ini. Semua elemen pembentuk tubuh kita ada dalam lumpur dunia. Oleh karena itu kita harus berusaha untuk bisa menggali diri dari lumpur itu agar tetap bisa menjalani hidup ini yang tetap berpegang teguh pada kebenaran.
selamat datang di blog forum komunikasi pemuda geparang "GARDADEPAN"